GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Selasa, 5 Mei 2020
MASUK GUDANG?
Matius 6 : 5-15

“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.” (Matius 6:6)

Budaya kekinian menonjolkan “keterbukaan”. Dengan dukungan media, segala aspek kehidupan manusia diungkap ke sektor publik. Jadi konsumsi masyarakat. Emosi pribadi, konflik keluarga, kekayaan pribadi, liburan keluarga, liku-liku percintaan, digelar sebagai tontonan publik. Motivasinya macam-macam. Yang pasti, sektor privat dalam hidup manusia kian menghilang. Andaikan masih ada, patut diragukan keaslian dan kemurniannya. 

Kebanyakan rumah pada zaman Yesus tak berkamar seperti sekarang. Seluruh ruangan menjadi kamar tidur di malam hari. Tetapi ada satu ruang kecil semacam gudang yang disebut: tameion. Ketika menanggapi kaum Farisi yang suka berdoa di depan publik untuk mendapat pembenaran diri (justifikasi), Tuhan Yesus berkata sebaliknya. Berdoa itu justru jauh dari publikasi. Secara sarkastis, Dia menganjurkan murid-murid-Nya berdoa di dalam tameion—di situ siapa yang melihat, kecuali Allah? Justru itulah makna doa. Komunikasi pribadi dengan Allah. Percakapan intim dengan Dia yang kita kenal dekat, “Bapa kami yang di surga…” (ay. 9). 

Allah itu Bapa kita. Hampirilah Dia dengan hati seorang anak. Berdoa itu datang kepada-Nya dengan ketulusan hati. Tak usah membangun kesan atau pamer. Tak perlu cemas dinilai dan dikomentari. Tak perlu ucapan dahsyat memikat. Bahkan bisa jadi tanpa kata. Hening. Bening. Lebih baik dengan hati tanpa kata daripada kata-kata tanpa hati. Doa itu ungkapan hati yang asli. Sesederhana dan sesunyi apa pun itu—Bapa memperhatikan dan mendengarnya. Jadi, kenapa kita tak berdoa seperti itu?


YANG PENTING BUKAN KEHIDUPAN YANG DIBUKA DI HADAPAN PUBLIK, MELAINKAN DI HADAPAN ALLAH

Disadur Dari: https://www.renunganharian.net/

Kembali