GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Senin, 7 September 2020
BAHASA CINTA
Kidung Agung 2 : 16 - 17

Menempati ruang dan waktu sebagai manusia yang hadir di bumi. Manusia mempunyai keterikatan dalam kesatuan ekologis. Lingkungan bukan hanya sekedar hadir dan ada, tetapi lingkungan hadir sebagai persyaratan yang menentukan serta memberi warna hidup manusia. Suasanalah yang menentukan manusia membentuk diri dengan mewujudkan segala kemampuannya.
 
Kemampuan mengkomunikasikan bahasa cinta inilah yang bisa kita lihat dalam perikop saat ini. Kosa kata yang muncul sesuai dengan alam lingkungan di Israel. Kosa kata yang lahir dari cinta yang tulus, menggambarkan suasana hati pihak perempuan (istri) dalam menyambut kedatangan suaminya (pihak laki-laki) dari bekerja (ayat 16 dan 17). Sang istri tahu persis bahwa suaminya bekerja di tempat yang sulit (di tengah-tengah buka bakung; bunga lily yang hidup di semak duri dan mampu tumbuh di wilayah ekstrim). Kemudian yang dinanti oleh sang istri adalah bahwa sang suami tetap semangat ketika sampai di rumah. Bukan hasil (atau materi) yang dinanti, tetapi suami dapat pulang ke rumah saja, itu adalah  anugerah. Sehingga kosa kata yang muncul dalam ayat 17, terdengar indah, bahwa semangat tetap harus terjaga sekalipun telah bekerja seharian.
Jika suasana komunikasi cinta seperti ini yang dibangun, maka dapat dipastikan bahwa cinta kasih akan terpelihara dengan baik.
 
Lingkungan serta suasana menentukan manusia menunjukkan kemampuannya dalam membangun dan mempertahankan cinta kasih. Mengkomunikasikan cinta kasih sesuai dengan lingkungan keluarga masing-masinglah yang harus kita gumuli secara sungguh-sungguh. Agar kehidupan ini semakin bermakna. Orang bijak mengatakan apalah artinya hidup tanpa cinta. Cinta kasih membangun kehidupan, semangat dan kreatifitas manusia. Kita masing-masing pun punya cara dalam mengkomunikasihan cinta kasih di keseharian ini. Kita sebagai orang tua mungkin masih ingat bagaimana tiba-tiba anak kita yang masih kecil mencium kita. Kita mungkin kaget, tapi itulah tanda cinta kasih yang disampaikan dengan bahasa tubuh oleh anak-anak kita sebagai tanda sayang, terima kasih dan sebagainya.
 
Di masa pandemi ini, dimana angka perceraian semakin tinggi di daerah tertentu di Indonesia. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa ada yang keliru dalam mengkomunikasikan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari. Bisa saja terbangun cinta kasih yang tidak tulus atau cinta kasih dengan pamrih. Komunikasi cinta terbangun ketika ada uang atau materi, jika tidak komunikasi mandek. Suasana seperti ini tentu sudah terbangun sejak awal. Jadi, dalam membangun cinta kasih, yang pertama-tama dipupuk adalah ketulusan. Karena dengan ketulusan (suasana hati) maka kita akan mampu mengkomunikasikan cinta kasih dengan beragam cara.
 
Sebagai orang tua dan sekarang kita sudah dewasa serta dulupun kita pernah menjadi anak-anak. Apa yang kita bangun dalam mengkomunikasikan cinta kepada anak-anak. Salah satu contohnya adalah dengan membekali mereka melalui bangku pendidikan. Apakah kita berharap mereka akan membalas, tentu tidak. Tetapi jika komunikasi cinta kasih yang tulus terbangun dalam kehidupan sehari-hari. Tidak usah diminta maka anak-anak kita akan mengerti cara menyayangi orang tuanya, yang telah berjerih lelah membesarkan dan menyekolahkan mereka. Yesus pun mencintai kita dengan tulus, begitu banyak cara Tuhan mengkomunikasikan cintaNya dalam keseharian ini. Tuhan Yesus hanya menanti apakah kita mampu mewujudkan cinta kasihNya dengan mencintai sesama secara tulus. Selamat mengkomunikasikan cinta kasih yang tulus dengan baik dan benar sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Amin.



Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Pdt. Marianus Tupessy, S.Th)

Kembali