GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Minggu, 15 November 2020 - Renungan Pagi
PEMIMPIN YANG BERINTEGRITAS

“Tuhan ALLAH telah membuka telingaku" (ay.5a)

Yesaya 50 : 4 - 6
HARI MINGGU XXIV SES. PENTAKOSTA
MINGGU, 15 NOVEMBER 2020
Renungan Pagi
KJ. 419 : 1, 2 - Berdoa


Romo A. Bagus Laksana, SJ - mengutip tulisan Kathleen Norris - menyebutkan acedia sebagai “setan yang tak bernama” (the devil without a name). Acedia adalah (istilah untuk keadaan manusia yang dibelenggu kebosanan, kelesuan, mager (malas gerak), makir (malas mikir), dan kehilangan gairah. Hal ini berbahaya karena orang menjadi lengah atau tidak waspada terhadap sebuah bahaya yang mengancam makna hidup mereka dalam arti yang paling dasariah. Kontras dengan kasih sebagai energi dimana spiritualitas bela rasa (compassion), penghargaan maupun penghormatan (respect), dan kepekaan (sensitivity) di dalam daya Roh Kudus menjadi energi ('energeia') yang memampukan orang untuk berliterasi batin.
 
Berliterasi batin merupakan kecakapan untuk membaca, menyadari, menafsirkan suatu keadaan yang berhubungan dengan tujuan hidup bersama Tuhan dan sesama yang saling bersinergi. Yesaya menghadirkan figur Hamba Tuhan (Ebed Yahweh) yang memiliki energi rohani yang besar sebagai wujud dari proses literasi batinnya dengan Tuhan yang dimulai dari mendengarkan dan menempatkan dirinya sebagai seorang 'murid'. Inilah bentuk 'kerasulan telinga' yaitu mendengar Sabda Tuhan dalam perjumpaan dengan sesama. Apa yang didengarnya sebagai kehendak Tuhan, itulah yang dikatakannya. Apa yang dikatakannya, itulah yang dilakukannya sebagai wujud integritas diri.
 
Kita membutuhkan kultur kepemimpinan yang berintegritas. Pemimpin yang memiliki energi rohani yang besar untuk menyalakan kembali semangat dan pengharapan di tengah kelesuan (acedia) meskipun ada risiko bergulat dengan hal itu juga. Pribadi yang hadir untuk memadukan kembali kemanusiaan yang tercerai-berai dalam bingkai kekuatan persekutuan. Persekutuan yang terus setia berliterasi batin untuk menemukan kembali pengharapan dan makna hidup yang utuh, walau terhimpit pelbagai persoalan hidup. semoga kehadiran kita dalam perjumpaan dengan sesama selalu memperbarui energi kegembiraan, karena apa yang didengarkan, Ialu dikatakan, itu juga yang dilakukan menurut kehendak Allah. Inilah sebuah pemaknaan yang otentik atas "Kerasulan Telinga" yang bermuara pada "Tangan-tangan yang Merasul".
 
 
KJ. 419 : 3, 4
Doa : (Tuhan Yesus, tolong mampukan kami menjadi pemimpin yang berintegritas)
🙏

Kembali