GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Senin, 31 Agustus 2020
SESAMAKU
Keluaran 21 : 26 - 27
 
Si tou timou tumou tou, ungkapan yang sering dikatakan atau diucapkan ketika membangun tatanan dalam kehidupan sosial masyarakat. Filosofi masyarakat Minahasa ini mempunyai makna yang dalam, ketika manusia diluar diri kita dilihat dan ditempatkan sebagai sesama. Arti yang penuh makna dari ungkapan di atas adalah manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Ini berarti kita membuat sesama mempunyai harkat dan martabat. Dengan demikian ktia tidak akan bertindak sewenang-wenang terhadap sesama. Kita menempatkan sesama sederajat dengan kita.
 
Bacaan saat ini pun mengingatkan bangsa Israel bahwa sebagai bangsa bekas budak di Mesir, janganlah bangsa ini berlaku semena-mena terhadap para budak, yang juga adalah sesama manusia. Gambaran tentang perlakuan para budak terlihat jelas dalam perikop ini (ayat 26-27). Para majikan bisa berbuat apa saja kepada para budaknya. Jika dibaca dengan seksama, maka ayat 26-27 ini hendak mengatakan bahwa aturan/tatanan ini dibuat agar bangsa Israel berhati-hati dalam membangun relasi dengan sesama. Secara teologis dapat dikatakan bahwa peran para pembantu yang ditempatkan oleh Tuhan di tengah-tengah kehidupan bangsa Israel, adalah untuk membantu kehidupan mereka juga. Tanpa mereka bangsa Israel pun akan mendapat kesulitan dalam membangun kehidupan.
 
Sebagai pengingat, perikop ini hendak menegaskan bahwa bangsa Isael juga pernah hidup sebagai budak di Mesir. Tepatnya, jangan membenci masa lalu atau dendam dengan masa lalu, apapun keberadaannya. Lihatlah masa lalu sebagai cara Tuhan menempa, membentuk dan menjadikan kita, agar kita dimampukan Tuhan untuk punya masa depan. Tetapi bila keberhasilan masa kini dilihat sebagai upaya kerja keras kita semata-mata, maka kita akan melihat masa lalu adalah kepahitan. Apalagi kehidupan sosial masa lalu penuh kekurangan. Kalaupun tidak, kita akan mengatakan bahwa belajar sungguh-sungguh itu berat dan butuh perjuangan dan seterusnya. Berbagai argumentasi kita akan kemukakan untuk membenarkan tindakan kita dalam menekan orang lain. Secara tidak langsung kita mengatakan bahwa sesama yang menjadi pembantu kita harus merasakan kepahitan itu. Kita juga akan mengatakan hidup itu tidak gampang. Butuh kerja keras. Benar, hidup butuh kerja keras, tapi bukan untuk memeras dan menjadikan orang lain sebagai sapi perah (istilah yang artinya hanya diambil susunya tanpa peduli dengan sapinya). Atau hanya diambil tenaganya saja tanpa mempedulikan kesehatan atau masa depannya.
 
Sekarang, bagi kita yang disebut umat Tuhan, Tuhan mengajarkan, kasihilah sesamamu, seperti engkau mengasihi diri sendiri. Apapun keberadaan kita sekarang, Tuhan tetap punya tujuan untuk kita, yaitu agar kita menjadi berkat bagi orang lain. Kita diajar untuk tidak mementingkan diri kita sendiri, tapi diajar untuk mengangkat harkat dan martabat orang-orang yang ada disekitar kita. Artinya memberdayakan mereka sebagai sesama, agar masa depan merekapun menjadi jauh lebih baik. Penindasan, berlaku keji terhadap sesama, adalah tindakan yang sangat tidak disukai oleh Tuhan. Amin.


Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Pdt. Marianus Tupessy, S.Th)

Kembali