GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Senin, 28 Juni 2021
KESATUAN HATI UMAT DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
Nehemia 4 : 6

Tentu kita semua pernah melihat semut bekerja mengumpulkan makanan mereka. Pada saat menjelang musim penghujan, semut dan sekawanannya akan mengumpulkan makanan dalam sarang mereka, sebagai persediaan makanan. Semut akan bekerjasama satu dengan yang lainnya untuk saling bergotong-royong. Demikian halnya dengan perikop bacaan kita pada hari ini, menceritakan proses pembangunan tembok Yerusalem yang dilakukan oleh Nehemia beserta dengan rekan sekerjanya.

Nehemia adalah salah satu contoh seorang pemimpin pada kitab Perjanjian Lama yang selalu mengandalkan doa. Dia adalah pemimpin yang saleh, bijaksana, berani, dan mempunyai iman yang kokoh. Saat Nehemia diberi kuasa oleh raja Artahsasta, sebagai gubernur untuk pergi dan membangun kembali tembok-tembok Yerusalem, Nehemia menjadi seorang gubernur yang jujur, rendah hati, bahkan rela mengorbankan dirinya. Pada saat proses pembangunan temboktembok Yerusalem dilaksanakan, ada sejumlah kelompok yang tidak menyukai hal tersebut, ialah Sanbalat orang Horon dan Tobia orang Amon. Mereka menentang, mereka marah dan memberi cemo’oh kepada Nehemia serta rekan-rekan sekerjanya (ay. 1 -3). Ini membuktikan bahwa pada saat proses tersebut tengah berjalan, adanya tantangan yang diluar dari mereka. Tetapi dengan keteguhan hati Nehemia, ia mengatasi semuanya dengan berdoa kepada Tuhan (ay. 4-5). Setelah itu mereka tetap melanjutkan proses pembangunan tersebut meski mendapat cemo’oh, hinaan, bahkan ancaman sekalipun. Mereka tetap terus bekerjasama dengan segenap hati untuk menyelesaikan pembangunan tersebut (ay.6).

Membangun adalah suatu persoalan yang tidak mudah, maka dari itu membutuhkan proses yang berkelanjutan. Selain dari itu berbicara tentang pembangunan/membangun tidak terlepas dari adanya sebuah komitmen. Dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh Nehemia dan rekan sekerjanya, terlihat jelas bahwa komitmen yang mereka miliki menjadi hal yang utama disaat tantangan demi tantangan datang menghampiri. Komitmen ini jugalah yang mengikat mereka dalam kesatuan hati, sehingga mereka tetap menyelesaikan proses pembangunan tersebut dengan saling bahu-membahu, bergotong-royong, dan yang terpenting mereka juga menghadapi tantangan itu bersama-sama.

Dalam kehidupan yang kita jalani, tentu ada banyak hal yang tidak terlepas dari sebuah tantangan. Artinya selama kita masih berproses dalam kehidupan ini tantangan akan selalu ada.
Pekerjaan, usaha, begitu juga dalam pendidikan, semua adalah anug’rah yang diberi serta dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Begitu juga halnya dengan tantangan yang tengah gereja hadapi saat ini. Kita tahu bahwa pandemi masih ada dan membuat khawatir banyak orang, Sehingga ruang gerak pelayanan, ibadah, dsb juga terbatas. Ini merupakan tantangan kita bersama, maka juga diperlukan kesatuan hati, pikiran setiap warga jemaat untuk menghadapi tantangan tersebut. Pelayanan juga merupakan proses dari pembangunan itu sendiri, maka artinya komitmen kita adalah hal yang utama. Komitmen masing-masing diri adalah langkah awal kita bersama, untuk melaksanakan/melanjutkan setiap tugas dan tanggung jawab kita. Maka bukan hanya menjadi tugas Pendeta atau Majelis saja, tetapi seluruh warga jemaat yang ada ikut berpartisipasi dalamnya. Sehingga sebesar apapun tantangan yang ada di depan kita, namun jika setiap masing-masing diri mempunyai komitmen yang sama, semua dapat teratasi dan hanya nama Tuhan saja yang dipermuliakan.


Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Dearnata Nainggolan - Mahasiswi Praktek UKSW)

Kembali