GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Rabu, 15 Juli 2020
HIDUP ITU KASIH
1 Korintus 8 : 1-13

Mencari musuh itu mudah tetapi mencari teman atau sahabat itu sulit. Untuk hal pertama dikatakan mudah, karena setiap manusia itu berbeda. Dan bila perbedaan itu yang dipertajam maka sedikit saja ada pemicunya, berakhirlah kebersamaan. Untuk hal kedua dikatakan sulit, karena membangun pertemanan/persahabatan atau persaudaraan, harus ada pengorbanan diri. Pengorbanan tulus tanpa pamrih. Ini yang sangat sulit. Kita sering melihat di sekitar kita, awalnya seperti sahabat, tetapi akhirnya menjadi musuh.
 
Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, khususnya dalam pasal 8:1-13; menegaskan pentingnya membangun persaudaraan yang erat di tengah keberagaman saat itu. Persaudaraan yang erat menjadi penting, karena dalam persaudaraan yang erat, mereka dapat menghadapi tantangan kehidupan di Korintus. Terlihat dengan jelas, bagaimana  Paulus ingin menjembatani orang Kristen berlatar belakang Yahudi dan orang Kristen non Yahudi, tentang makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Bagi mereka yang non Yahudi, makan makanan seperti ini hal yang biasa, tetapi bagi mereka yang berlatar belakang Yahudi, hal ini sangat tidak bisa diterima. Jika perbedaan pandangan ini terus dibiarkan, maka akan hancurlah persekutuan itu. Dengan tegas Paulus mengatakan dalam ayat 8 (harap dibaca); bukan soal makan atau tidak makan, tetapi yang benar dihadapan Allah ialah ketika kita tidak menjadi batu sandungan bagi saudara kita (ayat 9). Bukan berarti kita setuju untuk orang berbuat dosa, agar persahabatan tetap terjaga.
 
Secara tegas Paulus katakan bahwa hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus (ayat 6), yang di dalamNya membuat orang menjadi rendah hati dan tidak sombong. Karena pada dasarnya kasih adalah membangun kehidupan (ayat 1). Kehidupan berarti ada kegembiraan dan pergumulan yang dirasakan bersama. Tanpa ada kebencian, iri hati dan dendam.
 
Saat ini, melukai hati sesama bukanlah hal yang salah, apalagi lewat media sosial. Menjadi lumrah mengumbar kebencian kepada mereka yang berbeda dengan kita. Berbeda pandangan, persepsi, suku, agama dan lain-lain. Agitasi (penghasutan) baik secara halus atau terang-terangan, menjadi konsumsi sehari-hari di media sosial. Merasa diri kita paling pintar, mengerti dan lain-lain. Tetapi bila nurani kita masih normal, coba kita renungkan lebih dalam ucapan Yesus yang mengatakan “kasihilah sesamamu manusia, seperti engkau mengasihi diri sendiri”. Senada dengan itu Paulus katakan di ayat 12, “melukai hati sesama pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus”. Lebih tegas lagi Paulus katakan di dalam ayat 13 (harap dibaca). Terkandung nilai pengorbanan yang tulus dalam membangun kebersamaan atau persekutuan. Sesungguhnya Paulus ingin mengatakan, betapa pentingnya sesama atau saudara dalam hidup kita.
 
Minggu ini, kita akan mengikuti Sakramen Perjamuan Kudus. Baiklah kita melihat diri kita masing-masing, agar kita menjadi lebih mengerti apa yang Kristus kehendaki dalam membangun kehidupan persekutuan dan kehidupan bermasyarakat. Bukankah pengorbanan diri adalah cara Tuhan membangun kehidupan? (renungkan peristiwa penyaliban Yesus Kristus). Pandemi saat ini juga mengajarkan betapa pentingnya persaudaraan dan persahabatan dibangun dengan ketulusan dan kerendahan hati. Karena di dalamnya kita akan mampu bertahan dan membangun kehidupan. Karena ada kepedulian, perhatian, kedalaman rasa dan sepenanggungan. Amin.

Disadur Dari: Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Pdt. Marianus Tupessy, S.Th.)
 

Kembali