GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Senin, 9 November 2020
HORMATI TUHAN
Maleakhi  1 : 6 - 14
 
Pembelajaran adalah salah satu proses bagaimana manusia mau belajar dan melihat setiap peristiwa dari berbagai sisi. Dengan proses ini diharapkan cara perpikir, cara pandang dan tindakan yang harus diambil menjadi jauh lebih baik. Setiap manusia yang mau maju (punya masa depan yang baik) pasti senang melakukan hal yang seperti ini. Karena dengan demikian manusia dapat menilai siapa yang salah dan siapa yang benar, ketika sebuah peristiwa di maknai dalam kedalaman dan kejernihan hati dan pikiran.
 
Peristiwa kembalinya umat Tuhan dari Babylon ke Yehuda, tidak dilihat sebagai sebuah pembelajaran. Padahal mereka yang tiba di Yerusalem adalah generasi 3 atau 4. Dimana penataan hati dan pikiran oleh generasi sebelumnya telah ditanamkan kepada mereka. Dan Babylon adalah tempat proses pematangan iman yang dilakukan Tuhan kepada umatNya. Agar mereka mengerti siapa Tuhan itu. Tetapi yang terjadi sesuai dengan perikop saat ini, tergambar bagaimana mereka melihat cara Tuhan memulangkan mereka ke Yerusalem di respon negatif. Mereka berpikir bahwa setelah kembali  dari Babylon mereka hidup lebih senang. Padahal mereka lupa bahwa Yerusalem porak poranda setelah dihancurkan oleh Babylon.
 
Karena kebaikan Tuhan melalui Koresh (raja Persia) maka bangsa Yahudi diberikan kebebasan untuk pulang ke negerinya atau menetap di Babylon. Mereka yang memilih pulang seharusnya tidak perlu “kecewa” melihat Yerusalem berantakan. Seharusnya dengan kekuatan iman dari Babylon mereka bisa menata Yerusalem menjadi jauh lebih baik, apapun keadaannya. Tetapi yang terjadi mereka justru bertambah kacau pola hidupnya (1 : 6 – 14 ; 2 : 1 – 9; 2 : 10 - 16). Kekacauan ini akhirnya Maleakhi tampil untuk memberikan pengertian kepada umat Tuhan, agar mereka bisa memberikan yang terbaik kepada Tuhan dalam membenahi Yerusalem. Maleakhi berarti “utusanKu”. Jadi Tuhan mengutus Maleakhi agar kehancuran moral umat Tuhan tidak semakin parah. Secara psikis; manusia yang kecewa terhadap kehidupan, ia akan melakukan apapun tanpa melihat norma dan aturan yang ada. Yang penting kekecewaannya terlampiaskan. Baik dan buruk bukan menjadi ukuran, apalagi taat dan setia kepada Tuhan, jangan harap akan terjadi.
 
Penggambaran tentang kekecewaan bangsa Yahudi terhadap situasi yang ada, terlihat ketika mereka memberikan persembahan kepada Tuhan sebagai tanda hormat dan syukur. Inilah  yang dikritik dan dibenahi oleh Maleakhi. Bagaimana hidup mereka akan diberkati, jika rasa hormat dan takut kepada Tuhan hilang dalam kehidupan mereka. Dan kekecewaan mereka kepada Tuhan melihat situasi yang ada, membuat mereka asal-asalan memberiakn persembahan (ayat 7, 8 dan 13). Sehingga ayat 14; dengan nada yang sangat keras Maleakhi mengingatkan bangsa ini.
 
Belajar dari bacaan ini, maka jangan kita melihat segala sesuatu dari sudut pandang kita saja. Tetapi lihatlah yang pertama-tama dari sudut pandang Tuhan, agar kita tidak terjebak dalam kekecewaan ataupun kesombongan! Kerja keras dalam menata hidup untuk jauh lebih baik dan tidak melupakan kebaikan Tuhan dengan memberikan persembahan yang terbaik, adalah tindakan yang benar. Jangan sampai kita berpikir, mikir diri sendiri saja susah, apalagi mikir memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan. Jika kita masih berpikir seperti ini, hati-hati jangan sampai Tuhan marah. Atau ketika kita berhasil karena kerja keras kita; dan kita masih punya pikiran bahwa ngapian beri persembahan yang terbaik kepada Tuhan. Memang Tuhan bantu apa untuk saya. Jika masih ada yang berpikir seperti ini hati-hati juga, jangan sampai Tuhan berpekara.
 
Memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan, adalah sikap manusia yang benar-benar mengimani Tuhan. Dan dia melihat hidup ini adalah anugerah, jika hidup ini adalah anugerah, sudah pasti kekecewaan tidak ada pada dirinya. Hanya manusia yang kecewa (ada keinginan yang belum/tidak terpenuhi) maka pemberian persembahan kepada Tuhan pasti bukan yang terbaik, apapun status sosialnya. Jangan kita berdalih, tetap percaya Tuhan, tetapi memberikan persembahan yang terbaik kepada Tuhan kita enggan. Amin.


Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Pdt. Marianus Tupessy, S.Th)

 

Kembali