GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Senin, 7 Desember 2020
PELAJARI FIRMAN-NYA
Matius  9 : 9 - 13
  
Kesepian di tengah keramaian, adalah ungkapan yang sering kita dengar atau ucapkan. Ungkapan ini hendak menggambarkan ada kekosongan jiwa ditengah-tengah hiruk pikuknya kehidupan. Jiwa yang kosong hadir karena, ditinggalkan orang-orang terdekat atau terpinggirkan karena status sosial dan bahkan karena perilaku. Sudah pasti kekosongan ini menghadirkan tekanan bagi yang mengalaminya, artinya ia hidup tapi sudah mati. Karena banyak orang yang tidak peduli atau bahkan sudah tidak mau melihat dan bergaul dengannya. 
 
Perikop ini, menggambarkan ketegasan Yesus tentang kehadiran-Nya di dunia ini. Ketegasan ini nampak dalam ayat 12 dan 13. Yesus mengubah cara pikir, cara pandang dan keimanan orang Farisi tentang pemungut cukai. Profesi yang sebenarnya tidak salah, karena tugas mereka adalah menarik pajak. Pajak di perlukan, agar roda pemerintahan dapat berjalan dan pembangunan dapat terus berlangsung. Besaran pajak yang di tarik, sudah tentu ada hitung-hitungannya, para pemungut cukai ini hanya menjalankan tugas mereka, sesuai aturan yang ada. Bisa saja besaran pajak yang harus di pungut dari rakyat tidak melihat kondisi ekonomi yang ada, tapi bisa juga pemberlakuan pemungutan pajak di sesuaikan dengan keadaan masyarakat. Tetapi dalam konteks pemikiran orang Farisi, membebani rakyat dengan pajak adalah berdosa. Tetapi mereka lupa bahwa ada kewajiban- kewajiban keagamaan yang bisa saja membebani umat sebagai penebus dosa. Maka dalam ayat 13, dengan tegas Yesus berkata kepada orang Farisi untuk belajar kembali tentang Firman Tuhan.
 
Belajar kembali tentang Firman Tuhan adalah tindakan yang benar. Karena Yesus mau setiap orang mampu merefleksikan Firman Tuhan dalam kejernihan hati dan pikiran. Agar kita tidak salah memaknai maksud dan kehendak Tuhan. Agar juga kita tidak mengklaim diri sebagai yang benar dan yang lain salah. Jamuan makan yang dilakukan Yesus dengan para pemungut cukai dan kumpulan orang berdosa serta murid-muridnya adalah sebuah pembelajaran bagi orang-orang Farisi, untuk mereka dapat melihat, bagaimana Yesus mengisi kekosongan jiwa mereka dengan perhatian dan keakraban. Mereka merasa tidak dikucilkan atau di cap sebagai orang yang harus di jauhi (karena dosa). Sesuatu yang tidak lazim pada saat itu. Tetapi pembelajaran yang Yesus sampaikan kepada orang Farisi serta masyarakat pada umumnya adalah agar iman terus di asah untuk dapat melihat kehendak Allah dengan baik dan benar. Karena hidup terus akan berubah, berarti tidak ada manusia yang tidak berubah. Jika sudut pandang kita mengatakan bahwa kita tidak pernah melakukan dosa, kita menipu diri kita sendiri. Karena Allah menghendaki kita berubah dalam perilaku hidup kita, yaitu semakin hari semakin mengenal Allah dan Firman-Nya. Bukan hanya diri kita yang berubah tapi kita juga mampu membuat orang bersukacita karena pengenalan kita akan Allah itu benar.    
 
Belajar kembali tentang Firman Tuhan adalah cara Yesus mengajarkan kepada kita, agar kita menajamkan pendengaran kita akan suara Allah. Pesan Allah selalu hadir di keseharian ini, sehingga Firman-Nya (ayat-ayat) itu menjadi yang hidup dan mampu mengoreksi dan memperkuat keimanan kita kepada-Nya. Firman Tuhan bila dipelajari dengan baik dan benar dapat memperbaiki dan menumbuhkan pengertian kita (hadir kearifan dan hikmat).
 
Perjumpaan Yesus denga pemungut cukai dan orang-orang Farisi adalah momentum Yesus untuk dapat mendidik banyak orang tentang memanusiakan manusia dan mendidik orang yang merasa benar untuk lebih benar lagi dalam pengenalan akan Allah. Jika kita benar mengimani Yesus Kristus, selayaknya kehadiran kita mampu menghadirkan anugerah kasih Kristus dalam perjumpaan kita dengan sesama. Amin.



Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Pdt. Marianus Tupessy, S.Th)

Kembali