GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Senin, 1 Maret 2021
BUKAN SEBATAS KATA
Filipi 2 : 25 - 30
 
Ungkapan “dekat tetapi jauh” sering kita dengar akhir-akhir ini. Seiring berkembangnya teknologi digital, segala sesuatu dapat dilakukan melalui media ini. Terutama dalam membangun relasi sosial. Ketika Facebook pertama kali muncul, banyak orang berlomba-lomba menunjukkan bahwa ia punya banyak teman. Padahal sesungguhnya dia tidak mengenalnya. Inilah realita dunia maya, dimana relasi sosial dibangun berdasarkan kata dan bukan tindakan. Terbangunnya ikatan emosional bukan karena kita aktif berselancar di dunia maya. Tetapi terjadi karena tindakan nyata  dalam perjumpaan di dunia nyata.
 
Perikop saat inipun, menjelaskan kenapa Paulus bersukacita ditengah-tengah penderitaannya karena kehadiran Epafroditus (27). Epafroditus  adalah utusan jemaat untuk melayani Paulus dalam penjara, dan ia adalah seorang Yunani. Di sini tergambar bahwa jemaat Filipi yang berlatar belakang Kristen non Yahudi mau menolong Paulus dengan sungguh-sungguh. Kesetiaan Epafroditus sangat teruji, sekalipun kondisi fisiknya dan hampir mati tetapi tidak mengendurkan semangatnya untuk membantu Paulus. Dan Paulus katakan, bahwa karena Allah mengasihi Epafroditus (ayat 27). Gambaran sosok yang mengenal Allah dengan sungguh-sungguh dan bukan hanya sebatas kata. Karena dalam pengenalan akan Allah yang benar, menolong dan membantu sesama dengan sungguh-sungguh (berempati dan bukan bersimpati saja) adalah tanda bahwa kita menyembah Allah dengan benar. Hal inilah yang dilakukan oleh Epafroditus sebagai utusan jemaat untuk melayani Paulus di penjara. Sekalipun sakit ia tetap melayani Paulus, dan Tuhan melihat akan ketulusan hati Epafroditus sehingga kekuatan dan kesembuhan Tuhan berikan kepadanya (ayat 28).
 
Membangun kebersamaan adalah juga upaya nyata untuk membangun kedekatan emosional. Tidak mungkin kita mengatakan diri satu tubuh, satu persekutuan, bersaudara karena kita mengenal Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh tetapi tindakan yang ditunjukkan hanya sebatas kata atau bahkan tidak peduli sama sekali. Kita ingin orang berempati dengan kita tetapi kita sendiri enggan untuk melihat kesusahan orang lain. Pertanyaanya, apakah benar kita sungguh-sungguh mengenal Tuhan Yesus? Jawabannya, ada pada diri kita sendiri. Alkitab jelas mengatakan, bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan menangislah dengan orang yang menangis. Perkataan ini hendak menegaskan betapa pentingnya membangun kehidupan dengan “sehati sepikir” agar kekuatan, kedamaian dan kesejahteraan hadir dalam ruang kehidupan bersama kita.
 
Jemaat Filipi membangun persaudaraan bukan sebatas kata, tetapi melalui tindakn nyata dengan mengirim Epafroditus dan membantu kebutuhan Paulus selama ia di penjara. Di ayat 30, Paulus mengatakan dari lubuk hati yang paling dalam tentang Epafroditus dan jemaat Filipi, bahwa kepedulian jemaat terhadap dirinya sudah benar, yaitu saling mengasihi dan melengkapi.
 
Media sosial saat ini sangat membantu kita dalam membangun kedekatan emosional dengan mewujud nyatakannya dalam dunia nyata. Berempati adalah cara tepat untuk kita mewujudkannya dalam tindakan nyata di dunia nyata dan bukan hanya kata-kata dalam dunia maya. Dengan terbangun empati, itu berarti kita mengenal Allah dengan benar sebagai Sang Pemberi. Jangan kita nanti mendapat sebutan sebagai pribadi Omdok (omong doank), karena kita hanya pandai berkata-kata tetapi enggan membantu sesama dalam tindakan nyata. Amin.


Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Pdt. Marianus Tupessy, S.Th)

Kembali