GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Selasa, 6 April 2021
BERDOA DENGAN SANTUN
Matius  26 : 36 - 46
 
Doa adalah sebuah komunikasi antara manusia dengan Allah. Dalam menjalin komunikasi, tutur kata (bahasa) menjadi penting. Sesuai strata umur. Begitu banyak ilmu komunikasi dihadirkan, supaya dalam berkomunikasi ada nilai (tatanan) yang harus diperhatikan. Setiap orang perlu melatih diri dalam berkomunikasi dengan pihak lain. Seringnya berkomunikasi membuat orang banyak belajar; bagaimana meyakinkan, menolak tanpa menyakiti pihak lain. Berkomunikasi bukan hanya soal menata kata, tetapi didalamnya tersirat makna siapa sesungguhnya jati diri seseorang tersebut. Lebih tepatnya satunya kata dan perbuatan.
 
Doa bukan sikap reaktif sesaat, tetapi doa adalah jalinan komunikasi yang intens antara manusia dengan Tuhan. Doa Yesus di taman Getsemani, membuktikan bahwa berkomunikasi yang dibangun Yesus dengan Bapa-Nya, bukanlah sikap reaktif sesaat. Tutur kata yang santun jelas terlihat (ayat 39), “jikalau sekiranya”, kalimat ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dibangun Yesus dengan Bapa-Nya selalu terjadi setiap saat. Sehingga Yesus sangat tahu posisinya saat itu, yaitu sebagai manusia (tersirat ada ketakutan; ayat 39, 42, 44) yang perlu dicermati adalah pengenalan tentang siapa kita sebagai manusia dihadapan Allah. Kalimat “bukan yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”. Menggambarkan jati diri Yesus sebagai manusia dikesehariannya yang menyerahkan seluruh kehidupannya hanya kepada Bapa-Nya. Sekali lagi, kalimat “jikalau sekiranya”, sebagai manusia Yesus hanya memohon. Hanya pribadi yang dekat dengan Tuhan, tahu persis siapa penentu hidup ini.
                                      
Doa Yesus di taman Getsemani, memberi gambaran utuh tentang, bagaimana menjalin kedekatan dengan Tuhan dalam keseharian ini. Kesantunan dengan dalam berdoa menjadi penting, berkomunikasi dengan Tuhan setiap saat menjadi sesuatu yang penting pula. “Kalimat” berjaga-jagalah  dan berdoalah” (ayat 40); memberi gambaran nyata bagaimana cara pikir, cara pandang dan cara hidup murid-muridnya saat itu, dalam membangunan hubungan dengan Tuhan. Tertidurnya mereka membuktikan bahwa berdoa adalah hal yang gampang (sepele) dan bukan sesuatu yang sungguh-sungguh harus dipersoalkan dengan ribet. Yang penting berdoa titik. Benar atau salah itu urusan Tuhan. Jika ini yang terjadi, maka tidak keliru, kalau doa itu pada akhirnya hanya sikap reaktif sesaat. Dapat masalah, berdoa gak putus-putus; selesai masalah, berdoa kembali seperti sedia kala; yaitu asal berdoa tanpa tahu posisi kita sebagai manusia dan Tuhan dengan posisinya yang Maha Agung itu.
 
Dalam rangka hari Doa GPIB, sebagai warga GPIB dan khususnya warga Bahtera Hayat alangkah baiknya kita banyak belajar dari cara Yesus berdoa kepada Bapa-Nya. Doa bukan hanya asal bicara, tetapi doa juga mempunyai tatanan kata yang benar. Agar posisi siapa manusia dan Tuhan menjadi jelas. Dan perlu kita waspadai, Tuhan bukan pembantu kita, dan kita hanya seorang hamba. Kita tahu seorang hamba tidak pernah berbicara sembarangan kepada tuannya. Kita perlu mewariskan kesantunan berdoa kepada generasi anak cucu, dengan catatan bahwa kita yang lebih tua hidup santun di hadapan Allah. Kita hanya bisa memohon, karena hidup kita ada ditangan Tuhan. Jika doa permohonan kita belum di jawab jangan marah kepada Tuhan. Karena Tuhan jauh lebih tahu, kemana hidup ini akan diarahkan-Nya. Bergaulah dengan Tuhan setiap saat dengan baik dan benar. Amin.


Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Pdt. Marianus Tupessy, S.Th)

Kembali