GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Minggu, 12 September 2021
MEMPERCAYAI-NYA DALAM SEGALA KEADAAN
1 Raja-Raja 17 : 20 – 24

Setiap orang pasti pernah merasa ketakutan apabila diperhadapkan pada peristiwa yang mengancam keselamatan hidupnya. Ketakutan itu pun lahir akibat terjadinya konflik dalam diri seseorang antara logika dan iman yang dimilikinya. Dalam hal ini ketakutan manusia menjadi lebih kuat dari pada iman kepercayaannya, akibatnya menjadi panik atau memungkinkan kehilangan akal sehatnya. Maka tidak jarang seseorang menganggap cobaan, pergumulan yang sedang dihadapinya adalah bagian akhir dari kehidupan ini, dan Tuhan tidak ada dalam pihaknya untuk melalui semua pergumulan yang ada.

Dapat kita lihat situasi yang mencekam, panik dan ketakutan juga digambarkan pada perikop bacaan kita pada hari ini, melalui peristiwa kehidupan seorang Janda yang ada di Sarfat. Di mana pada saat Elia datang menghampiri Janda tersebut dan meminta sepotong roti darinya. Tetapi ia mengaku bahwa tidak memilik roti dan hanya ada segenggam tepung dan minyak dalam buli-buli untuk ia makan bersama anaknya (ay. 12). Saat itu juga terjadilah dialog antara keduanya (ay. 12 & 13). Melalui dialog tersebut tergambar dengan jelas dari Janda tersebut bahwa ia begitu putus asa dan merasa menyerah. Ia mengatakan bahwa ketika sesudah memakan hasil olahan sisa tepung dan minyak yang dipunya, ia akan mati bersama dengan anaknya (ay. 12). Namun karena Elia adalah seorang yang mencintai Tuhan, ia meyakinkan Janda tersebut dengan mengatakan “jangan takut”. Elia tetap meminta Janda tersebut untuk membuat roti dari sisa tepung dan minyak yang dimilikinya. Sebab firman Tuhan “tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi (ay. 13 & 14). Maka Janda tersebut melakukan seperti apa yang dikatakan oleh Elia (ay. 15). Tetapi ia melakukannya tanpa ada keyakinan bahwa Tuhan memelihara kehidupannya meski sisa tepung dan minyak yang dimilikinya segera habis. Melalui ayat ke-18 dapat kita lihat bukti atas ketidak berpengharapan Janda tersebut. Saat itu dengan keyakinan penuh kepada Tuhan, Elia menyampaikan permohonannya (ay. 20 & 21), ia percaya bahwa kehidupan sepenuhnya ada dalam Tuhan. Ketika Tuhan mendengarkan permintaan Elia, Janda tersbut sadar, bahwa ternyata setiap dari firman Tuhan itu benar adanya (ay. 24).

Dalam perjalanan kehidupan ini akan selalu ada cerita yang mengisi baik suka maupun duka. Pepatah mengatakan “selama masih bernafas maka selama itu juga manusia masih terus belajar dan berproses”. Proses tersebut juga tidak luput akan iman yang kita miliki kepada Tuhan Sang sumber kehidupan, karena dalam kehidupan ini ada banyak cara yang dipakai Tuhan untuk mendewasakan setiap umat-Nya. Bahkan cara yang dipakai oleh Tuhan, bisa melampaui akal pemikiran manusia. Pertanyaan bagi kita semua, bagaimanakah cara kita mengimani setiap cara dan kuasa Tuhan yang tidak terbatas? Karena nyatanya seringkali manusia tidak sadar, hanya sekedar melakukan tetapi tidak berdasarkan iman pengharapan, layaknya Janda di Sarfat. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah memperhitungkan akan kesalahan-kesalahan yang telah terjadi pada masa lampau. Tetapi Tuhan senantiasa memperhitungkan kehidupan setiap orang dimasa yang mendatang. Hanya saja manusia sering cepat merasa putus asa, menyerah dan tidak berpengharapan. Masa depan selalu ada dalam Tuhan jika kita juga mau selalu menyerahkan segalanya kepada Dia, seperti Elia.


Disadur Dari: Bahan Renungan Ibadah Pekan Keluarga (Dearnata Nainggolan - Mahasiswi Praktek UKSW)

Kembali