GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Sabtu, 6 Januari 2018 - Renungan Malam
PEREMPUAN ADALAH ANUGERAH ALLAH BAGI LAKI-LAKI

“Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab Ia diambil dari laki-laki.” (ay.23)

Kejadian 2 : 21-25
MINGGU EPIFANIA
SABTU, 6 JANUARI 2018
RENUNGAN MALAM


Perkawinan adalah lembaga pertama yang Allah tetapkan. Kejadian menceritakan tentang Allah menciptakan penolong yang sepadan untuk Adam. Allah mengambil rusuk Adam dan dibentuk-Nya perempuan. Perempuan tidak dibentuk dari tulang kepala agar tidak memerintah Adam. Ia juga tidak dibentuk dari tulang kaki agar tidak diinjak-injak laki-laki. Artinya perempuan itu harus dikasihi. Ayat 23 menegaskan bahwa perempuan diciptakan dan berasal dari laki-laki. Artinya ada hubungan yang sangat dekat dengan laki-laki dan membentuk kesatuan yang tak terpisahkan. Hal ini tidak menekankan relasi atasan dan bawahan, karena perempuan bukan makhluk yang lebih rendah.

Allah membuat rencana atas hidup perempuan yang adalah anugerah untuk manusia. Atas ciptaan-Nya itu Allah menyatukan dalam ikatan rumah tangga sebagai suami istri. Menjadi kodrat ilahi bahwa laki-laki dan perempuan akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk hidup bersama sebagai “satu daging”. Dua pribadi dalam satu kesatuan.

Hubungan suami istri itu menggambarkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya. Itulah sebabnya suami dituntut mencintai dan mengasihi istrinya. Sebaliknya istri dituntut menghormati suaminya. Sehingga gambaran kasih Kristus terhadap umat-Nya menjadi nyata. Sudahkah kita melakukan hal itu dan memahami anugerah Allah atas hidup rumah tangga kita dengan adanya “penolong yang sepadan”? Sudahkah kita mendidik anak-anak kita yang beranjak dewasa untuk senantiasa melibatkan dan mengandalkan Tuhan dalam hidupnya dan tidak akan meninggalkan Tuhan Yesus karena soal pendamping hidup? (tolong baca 2 Korintus 6:14). 🙏

Kembali