GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Kamis, 25 Januari 2018 - Renungan Pagi
SAMA TETAPI BERBEDA

“Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan…” (ayat 4a)

Pengkhotbah 9 : 1-6
MINGGU III SESUDAH EPIFANIA
KAMIS, 25 JANUARI 2018
RENUNGAN PAGI


Saudaraku, menurut Pengkhotbah, ada tiga hal yang sama dialami oleh semua orang di dunia. Pertama, tidak mengetahui apapun yang dihadapinya. Menurut Pengkhotbah, ketidaktahuan itu disebabkan bukan karena manusia kekurangan hikmat dan kepandaian. Melainkan karena sepandai-pandainya manusia, ia tetap makhluk yang terbatas. Baik raga dan tenaga maupun akal dan wawasan, semuanya tidak sempurna. Banyak rahasia tentang alam semesta ini yang belum dan tidak akan diketahui selengkap-lengkapnya oleh manusia. Tepatlah jika Pengkhotbah mengatakan bahwa hidup manusia ada di tangan Allah (ayat 1). Ya, karena Allah-lah yang mengetahui segalanya, termasuk jalan hidup dan masa depan manusia. Kedua, mengalami nasib yang sama, siapapun dan bagaimanapun dia. Orang fasik atau orang benar, orang baik atau orang jahat, dsb.

Semua manusia hidup di bawah matahari dan mesti bersusah payah untuk kesejahteraannya. Ketiga, mengalami kematian. Kematian adalah bagian dari hidup manusia. Cepat atau lambat, manusia pasti akan mengalaminya. Hal ini sesungguhnya disadari oleh setiap orang. Namun sangat disayangkan, tidak semua orang mau hidup dengan baik dan benar, sehingga mereka pun tidak meninggalkan teladan dan kenangan yang indah. Menurut Pengkhotbah, hati manusia memang bebal dan penuh kejahatan. Ini jugalah yang membawa mereka kepada kematian (ayat 3). Sekarang, apa yang harus kita lakukan? Patutkah kita menyia-nyiakan hidup yang Tuhan anugerahkan? Sekali-kali, tidak! Sebagai orang percaya, kita justru diingatkan untuk menghargai kehidupan yang singkat dan sementara ini sebagai sebuah kesempatan. Kesempatan untuk melakukan pekerjaan baik, membina relasi, meraih mimpi, mengukir prestasi, dsb. Dengan begitu, hidup kita tidak sia-sia, tetapi berguna dan bermakna. Jadi, setiap orang boleh sama-sama berada di dunia, tetapi setiap orang berbeda dalam menjalaninya. Sama, tapi berbeda. Itulah kita, anak-anak Tuhan yang hidup dengan bijak dan benar! 🙏

Kembali