GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Jumat, 26 Januari 2018 - Renungan Pagi
HIKMAT MENYELAMATKAN NYAWA

“Hikmat lebih baik daripada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.” (ayat 18)

Pengkhotbah 9 : 13-18
MINGGU III SESUDAH EPIFANIA
JUMAT, 26 JANUARI 2018
RENUNGAN PAGI


Siapakah orang yang disebut berhikmat? Orang berhikmat adalah mereka yang cakap menggunakan wawasan dan keterampilan yang dimilikinya untuk menyelesaikan sebuah tugas, menghadapi sebuah masalah, dan meningkatkan kualitas kehidupannya. Tidak heran jika orang berhikmat mampu mengubah nasibnya dengan meraih kesuksesan. Bahkan lebih daripada itu, orang berhikmat yang bertindak cermat dapat menyelamatkan kehidupan orang banyak seperti tampak dalam bacaan kita pagi ini.

Menurut Pengkhotbah, orang berhikmat meskipun miskin dan tidak memiliki apa-apa, namun ia sanggup untuk mengalahkan seorang raja yang menyerang dengan membawa sejulah pasukan bersenjata lengkap. Karena hikmat yang dimilikinya, maka kota dan selutuh penduduknya terluput dari kematian (ayat 14). Demikianlah kekuatan dan keuntungan orang berhikmat! Ia tidak mudah terprovokasi oleh besarnya lawan atau masalah yang datang. Ia memilih untuk percaya diri dan optimis, ketimbang merasa takut dan pesimis. Sebaliknya, ia sanggup melihat berbagai pilihan di tengah ancaman dan tekanan yang ada.

Orang berhikmat memang pantang menyerah sebelum mencoba. Pantang pula menyombongkan diri apalagi menuntut puji. Karena itu, meskipun penduduk kota yang selamat karena hikmatnya melupakan atau kurang menghargai jasa baiknya, orang berhikmat tetap mampu hidup dengan tenang (ayat 16) . Ya, masyarakat memang tidak selalu memberi apresiasi kepada prestasi orang berhikmat. Mereka masih menjadikan kekayaan dan status sosial sebagai ukuran utama dari layak atau tidaknya seseorang menerima pujian. Realita ini kiranya tidak membuat kita putus asa untuk tetap mengusahakan kebaikan dengan hikmat yang Tuhan berikan. Sebagai anak-anak Tuhan, marilah tetap memohon hikmat daripada-Nya dan pergunakanlah itu unutk membangun masa depan yang indah, sambil tetap waspada agar kita terhindar dari kekeliruan yang dapat merusak segalanya (ayat 18). Tuhan menyertai langkah dan karya kita! 🙏

Kembali