Kamis, 8 Februari 2018 - Renungan Malam
HIZKIA SEMBUH
“Apakah yang menjadi tanda bahwa Tuhan akan menyembuhkan aku?†(ayat 8)
MINGGU V SESUDAH EPIFANIA
KAMIS, 8 FEBRUARI 2018
RENUNGAN MALAM
Setelah nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan kepada Hizkia bahwa dia akan sembuh dan hidupnya akan diperpanjang 15 tahun, maka disampaikan juga cara pengobatannya. Yesaya menyuruh orang mengambil sebuah kue ara, lalu ditaruhnya pada bagian yang sakit di tubuh Hizkia, maka sembuhlah dia. Seberapa pentingkah cara pengobatan itu dalam rangka penyembuhan Hizkia? Cara itu penting! Misalnya, kita berdoa memohon kesembuhan dari Tuhan jika kita sakit. Tetapi, bagaimanakah jika kita tidak pandai berdoa? Jangan khawatir jika tidak pandai berdoa! Paulus berkata bahwa Roh (Kudus) akan membantu kita dalam kelemahan kita, sehingga doa-doa kita, betapapun kacaunya, dapat dimengerti oleh Allah (baca Roma 8:26-27).
Karena itu, bertekunlah dalam doa! Jika diperhatikan baik-baik, maka cara pengobatan Hizkia itu sangatlah sederhana, tanpa ada mantra-mantranya yang diucapkan. Cara penyembuhan yang disarankan begitu sederhana untuk suatu penyakit yang mematikan, karena itu khasiatnya tentu diragukan. Bahkan raja Hizkia sendiri pun meragukan bahwa dengan cara itu ia akan betul-betul sembuh pada hari yang ketiga ia pergi ke rumah Tuhan. Hal itu nyata saat ia berkata kepada nabi Yesaya: “Apakah yang akan menjadi tanda bahwa Tuhan akan menyembuhkan aku…” (ayat 8). Dan Tuhan, lewat Yesaya, memberi tanda kepadanya, yaitu berupa bayang-bayang akan mundur sepuluh tapak, dan tanda itu betul terjadi.
Kata Paulus kepada jemaat di Korintus: “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan…” (1 Kor. 1:22-23). Namun Yesus berkata kepada Tomas: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). 🙏