GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Kamis, 15 Februari 2018 - Renungan Pagi
KEAKBARAN TUHAN

“Ia berfirman, maka dibangkitkan-Nya angin badai yang meninggikan gelombang-gelombangnya” (ayat 25)

Mazmur 107 : 25-27
Minggu VI Sesudah Epifania
Kamis, 15 Februari 2018
Renungan Pagi


Alam semesta adalah realita yang begitu dekat dengan kita. Setiap hari kita dihidupinya, walau kadang kita abai terhadapnya. Pemazmur mengingatkan kita akan ‘relasi tanpa kata’ antara manusia dengan alam semesta. Relasi yang tercipta dalam kewenangan Sang Khalik. Relasi ini tergambar dalam perikop saat ini. Di dalamnya terlihat bagaimana manusia yang seolah-olah terlihat ‘besar’ disandingkan dengan Sang Maha Besar itu sendiri melalui keberadaan alam raya. Bila mencermati konteks ayat 25-27, maka ayat 23 perlu mendapat perhatian kita.

Bagian tersebut mengemukakan bahwa manusia yang ‘besar’ karena memiliki kapal-kapal dan berdagang ternyata tidak ada apa-apanya dengan kebesaran Tuhan. Pedagang di masa itu adalah orang-orang tangkas yang berani mengarungi samudera raya. Tentu mereka bukan orang sembarangan karena mereka harus membawa serta barang dagangan berjumlah banyak dengan kapal berukuran besar pula. Kemampuan untuk menggunakan kapal yang besar membuktikan bahwa mereka memang bukan orang yang bisa dipandang sebelah mata. Namun, toh mereka takluk pada Allah yang Akbar. Ayat 25 menegaskan hal ini, badai dan gelombang di kerahkan-Nya untuk membuat orang-orang besar ini tersadar bahwa ternyata mereka ‘kecil’ di hadapan Tuhan. Perikop ini hendak mengingatkan, sebesar apapun kebesaran manusia tidak dapat mengatasi keakbaran atau kebesaran Tuhan.

Dengan demikian, kebesaran manusia sejatinya bukanlah ditentukan oleh kesanggupannya mengarungi samudera kehidupan dengan mengandalkan besarnya kekayaan, tingginya jabatan atau luasnya pengetahuan. Kebesaran manusia terjadi saat ia menginsyafi keakbaran Tuhan lalu menjadi rendah hati dan mawas diri. Jadi jangan pernah lupa diri lalu merasa sebagai yang terbesar di antara sesama ciptaan. Kekuatan alam saja kita tidak mampu mengendalikannya. Apalagi kekuasaan Allah. Ingatlah berapa pun kebesaran kita sanggup mengarungi samudera hidup ini tetaplah andalkan Keakbaran Tuhan, Sang Nakhoda Agung! 🙏

Kembali