Rabu, 9 Mei 2018 - Renungan Malam
SUDAH LUPAKAN SAJA
Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.
MINGGU V SESUDAH PASKAH
RENUNGAN MALAM
RABU, 09 MEI 2018
KJ 432 : 1-Berdoa
Salomo adalah raja Israel yang saat di puncak keagungannya menjadi simbol hikmat Tuhan. Ia mengasihi Tuhan; ia meminta agar memiliki hati yang dapat membedakan yang baik dari yang jahat; hikmatnya adalah karunia dari Allah dan disertai dengan kerendahan hati yang sungguh-sungguh. Hikmat Salomo terbukti dalam praktek seperti pengadilan yang tepat (1 Raja-Raja 3 : 16 - 28) dan diplomasi (1 Raja-Raja 4 : 30 - 31; 10 : 1 - 13). Salomo mengarang pepatah-pepatah dan nyanyian-nyanyian dan menjawab soal-soal yang sukar.alomo adalah raja Israel yang saat di puncak keagungannya menjadi simbol hikmat Tuhan. Ia mengasihi Tuhan; ia meminta agar memiliki hati yang dapat membedakan yang baik dari yang jahat; hikmatnya adalah karunia dari Allah dan disertai dengan kerendahan hati yang sungguh-sungguh. Hikmat Salomo terbukti dalam praktek seperti pengadilan yang tepat (1 Raja-Raja 3 : 16 - 28) dan diplomasi (1 Raja-Raja 4 : 30 - 31; 10 : 1 - 13). Salomo mengarang pepatah-pepatah dan nyanyian-nyanyian dan menjawab soal-soal yang sukar.
Amsal 17 : 9 termasuk dalam bagian kumpulan amsal yang dikarang Salomo. Bagian ini sesuai dengan namanya ("kumpulan") merupakan himpunan pepatah yang masing-masing berdiri sendiri. Pepatah-pepatah ini selalu berisi pembandingan antara hikmat dan kebodohan, yang coraknya selalu sama yakni terdiri dari 2 baris dengan baris kedua merupakan perlawanan dari baris pertama. Demikian pula dengan nas bacaan kita.
Nas ini terdiri dari dua keadaan yang diciptakan oleh masing-masing sikap berhadapan dengan kesalahan orang lain:
Yang menutupi kesalahan, mengejar kasih. Sikap pertama inilah hikmat. Dalam mengetahui sebuah kesalahan yang terungkap, orang harus menghindari sikap menghakimi karena itu tidak menyelesaikan permasalahan ataupun memperbaiki kesalahan. Menutupinya adalah sikap yang tepat, artinya tidak sama dengan menutup-nutupi atau pura-pura tidak tahu, tapi mengatasinya dan memperbaikinya. Oleh karena itu menutupi kesalahan juga sama dengan mencari solusi (jalan keluar) bagi permasalahan yang timbul dari kesalahan itu sehingga kesalahan itu pada akhirnya bisa diperbaiki. Berikutnya menutupi kesalahan juga berarti mengampuni dan tidak mengungkapkan ke permukaan apa yang sudah diselesaikan secara empat mata. Sikap yang seperti ini bukan saja membuat ia terhindar dari permusuhan namun juga menumbuhkan kasih bagi mereka yang ditolong.
Siapa membangkit-bangkitkan perkara, menceraikan sahabat yang karib. Berlawanan dari sikap yang pertama, sikap kedua ini bukan saja menghakimi pada saat kesalahan terjadi namun yang tetap menghakimi setelah perkara itu selesai. Ia masih terus menyimpannya dan begitu ada kesempatan kesalahan itu diungkapkan lagi menjadi senjata untuk melemahkan si pelaku kesalahan. Dengan demikian ia menutupi kesempatan orang lain untuk berubah bahkan memaksa orang itu untuk terus tinggal dalam kesalahannya sekalipun perkara itu telah selesai. Tentu saja, sikap ini berdampak buruk baik bagi si pelaku kesalahan terutama juga bagi si pengungkit perkara. Ia tidak akan memiliki teman, bahkan orang dekatnya pun akan menjadi lawannya, karena ia membangkitkan kemarahan dan kebencian. Perhatikanlah bahwa Tuhan sendiri tidak mengungkit-ungkit kesalahan melainkan mengampuni supaya kita bisa melanjutkan hidup dalam kebenaran.
KJ 432 : 2 🙏