GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Rabu, 30 Mei 2018 - Renungan Malam
PENERAPAN AJARAN YANG BENAR

“Jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia,… ” (ay.10)

Titus 2: 9 – 10
Rabu, 30 Mei 2018
Renungan Malam
KJ: 10: 1,4 – berdoa


Pada zaman itu, ketaatan seorang hamba (budak) adalah karena statusnya sebagai milik tuannya. Jika tidak dikelola dengan baik, maka para tuan akan merasa terancam, demikian juga dengan kaum budak merasa diperah dan direndahkan terus. Bagi orang Kristen yang mengajarkan kesetaraan (Gal. 3:28), kehidupan sosial hamba haruslah dibantu misalnya dengan cara membelinya dan bagi tuan pemilik haruslah berusaha menerimanya sebagai saudara (Band. Kitab Filemon).

Hubungan antara tuan dan hamba begitu gersang dan tentu saja tidak disukai oleh kedua kelas sosial itu , namun yang paling merasa menderita adalah kelas hamba. Pendekatan yang bisa dilakukan oleh gereja adalah membawa mereka menjalin hubungan yang lebih harmonis, minimal kedua kelas sosial itu tidak saling menyerang. Keduanya melakukan tugasnya dan saling melindungi.

Namun, apakah cara itu cukup? Paulus memahami bahwa prinsip kekristenan yang menekankan kesetaraan itu yang harus dijalankan, sehingga damai sejahtera akan diwujudkan, sebagaimana semangat tema tahunan 2018-2019 “membangun spiritualitas damai yang menciptakan pendamai” (Yak. 3:13-18).

Dengan kesetaraan maka menjadi hamba bukan lagi status sosial yang dipaksakan tetapi secara sukarela dan penuh kasih menjalankan tugasnya. Prinsip dasar inilah yang justru menjadi keunggulan perilaku manusia, itulah kualitas tertinggi. Alasan berikutnya adalah kekuatan sikap hamba yang taat dalam menjalankan tugasnya adalah “kekuatan perubahan”, sebab dengan cara itu sikap keras sang tuan atau kesulitan yang dihadapinya perlahan-lahan akan teratasi. Kita bisa membayangkan suatu kekerasan pastilah tidak bisa dibalas dengan kekerasan karena merugikan. Tetapi dengan kualitas perilaku hamba yang mengerjakan tugasnya dengan taat, akan merubah sikap tuannya yang bengis sekalipun, bukan?

KJ: 424: 2
Doa: (Tuhan, jadikan kami hamba yang setia, menjalankan tugas dengan tulus sehingga semua keberadaan kami adalah untuk memuliakan-Mu) 🙏

Kembali