GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Jumat, 6 Juli 2018 - Renungan Pagi
PUASA HATI DAN DISPLIN ROHANI

"... jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah... mengadakan hari-hari yang berkenan kepada Tuhan‘?" (ay.5)

Yesaya 58 : 1-5
MINGGU V SES. PENTAKOSTA
JUMAT, 6 JULI 2018
RENUNGAN PAGI
KJ.424 : 1-Berdoa


Paul Yongi Cho mengatakan, berpuasa adalah tindakan sukarela dan sengaja tidak makan dan minum dengan tujuan agar dapat memusatkan pikiran dalam doa. Praktek puasa dilakukan secara personal dan sukarela, karena itu puasa tidak diwajibkan atau diharuskan. Tujuan utama berpuasa adalah kerendahan hati. Namun tidak sernua orang Kristen melaksanakan ritual puasa.

Puasa berasal dari bahasa Ibrani yang artinya merendahkan diri. Orang Yahudi melaksanakan puasa secara komunal dan personal di hari Pendamaian (Im.16:29,32;23:27-32; Bil.29:7) dan saat memperingati malapetaka dalam sejarah Yahudi (Est.9;31). Puasa menjadi upacara terpenting diantara umat Yahudi dan dilakukan untuk menguatkan permintaan doa yang disampaikan kepada Tuhan. Namun, cara berpuasa orang Yahudi dikritik oleh nabi Yesaya oleh Karena tidak berkenan dihadapan Tuhan.

Di hari-hari puasa, umat Yahudi tetap hidup dalam keegoisan/kepentingan diri: melakukan kekerasan terhadap para buruh dan memaksa untuk bekerja, hidup dalam perbantahan dan kebencian, Iebih mengutamakan kepentingan diri dibanding kepentingan orang lain. Mendalami firman Allah, tetapi tidak melakukannya. Mengetahui tentang hukum-hukum Allah dan cara-cara pelaksanaannya, namun tidak hidup di dalam kebenaran.

Cara berpuasa dan berdoa seperti ini tidak berkenan di hadapan Tuhan, karena keliru. Berpuasa bukan soal lahiriah saja, tetapi berkaitan dengan kehidupan batiniah. Olen karena itu, Yesaya mengingatkan umai Yahudi bahwa berpuasa adalah saat merendahkan diri di hadapan Tuhan, maka cukup hanya dengan "menundukkan kepala seperti gelagah".  Santo Benediktus mengajarkan tentang puasa hati. Puasa hati adalah menahan diri dari tutur Kata, pikiran dan perasaan yang sia-sia. Puasa adalah menahan diri dari perbuatan dan sikap yang menentang Tuhan. Seorang yang berpuasa adalah seorang yang rindu berada dekat Tuhan. Puasa adalah bentuk disiplin rohani dirnana seseorang belajar untuk mendisiplinkan diri menuju kepada pertumbuhan rohani.

KJ. 424 : 2
Doa : (Ya Tuhan mampukan kami untuk belajar melakukan hal yang berkenan dihati-Mu dibanding hidup dalam kemunafikan) 🙏

Kembali