Senin, 4 Mei 2020 - Renungan Malam
KURBAN SAJIAN (LANJUTAN)
Dan tiap-tiap pesembahanmu … haruslah kau bubuhi garam … (ay.13)
Ada 2 (dua) unsur dari kurban sajian ini yang seharusnya direnungkan oleh orang Kristen. Pertama, sama seperti imam-imam di Israell dalam PL mereka tergantung dari umat, demikian juga para pendeta dan pelayan gereja yang lainnya saat ini menerima upah yang sesuai dengan kondisi keuangan gereja dan jemaat setempat. Tiap imam yang melayani pada waktu itu mendapat bagiannya, karena mereka tidak memperoleh watisan tanah. Paulus menegaskan hal ini dalam surat 1 Kor. 9 : 13-14 bahwa setiap pelayan harus mendapat upahnya.
Kedua, bahwa ada hal yang dilarang yaitu ragi dan madu (ay.11), maupun yang diwajibkan dalam kurban sajian tersebut yakni garam. Ragi berkonotasi jelek, karena fungsinya mengkhamirkan. Garam berkonotasi baik, karena fungsinya menyucikan dan mengawetkan. Mengapa madu dilarang? Hal itu kurang jelas. Bahwa ada hal yang dilarang dan diwajibkan adalah penting dalam kehidupan nyata, baik di bidang duniawi maupun keagamaan. Sebab hidup pribadi dan persekutuan ini hanya bisa bertumbuh-kembang, jika manusia itu bertanggungjawab atas perintah Tuhan. Manusia itu akan bertumbuh jadi manusia yang bertanggungjawab, jika dia dapat melakukan pilihan yang benar dan berguna.
Ingat, di Taman Eden pun ada 2 pilihan bagi Adam dan Hawa. Tuhan memerintahkan manusia itu untuk makan apa yang ada di taman. Namun demikian di sisi lain, Ia melarang mereka makan buah pohon yang ada di tengah-tengah taman itu. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus. Ia berkata, “Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (1 Kor. 10 : 23). Jadi berhati-hatilah dan lakukan perintah Tuhan dengan benar, agar hasilnya berguna dan membangun.
KJ.462 : 3,4
Doa : (Tuhan tolong terangi kami dengan firman dan Roh-Mu, sehinga mampu memilih hal yang berguna dan membangun) 🙏