GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Sabtu, 12 September 2020 - Renungan Malam
JAGALAH HATIMU

"Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu" (ay. 26)

Amsal 4 : 23 - 27
MINGGU XIV SES. PENTAKOSTA
SABTU, 12 SEPTEMBER 2020
Renungan Malam
KJ. 436 : 1 - Berdoa


Pepatah Bugis mengatakan, "Hanya kayu yang lurus yang dijadikan ramuan rumah". Bagi orang Bugis, rumah adalah lambang dari pemimpin yang melindungi rakyat. Hanya orang yang memiliki sifat lurus (jujur) yang layak dijadikan pemimpin supaya fungsi dan perannya dapat berjalan dengan baik.
 
Semua nasihat orang tua kepada anak bertujuan tidak hanya memampukan anak menjalani atau bertahan hidup tetapi menjadi seorang pemimpin, berhasil dalam pekerjaan dan mencapai puncak karirnya. Pepatah Bugis menguatkan pesan Amsal bahwa hanya orang yang perkataannya jujur (tidak serong), tidak dolak-dalik artinya punya pendirian, dan bukan oportunis atau cenderung mengambil keuntungan untuk diri sendiri, serta tidak berbuat jahat, yang akan menjadi berhasil bahkan berjiwa pemimpin. Sekalipun anak kita adalah seorang yang pandai, tetapi kalau tidak jujur, ilmunya tidak akan mendatangkan kebaikan malah bencana. Kepandaian yang disertai kecurangan ibarat tiang rumah yang akan tercerabut atau patah. Segala bentuk kejujuran itu, seperti yang dikatakan Amsal, bersumber dari hati. Karena itu pesannya adalah supaya kita menjaga hati.
 
Hati dalam pengajaran Amsal merujuk kepada kemampuan membedakan antara yang baik dan jahat (1 Raj 3:9). Memang akal budi dapat membuat orang menjadi terpelajar dan berpendidikan secara intelektual. Dunia pun mengejar orang-orang pintar yaitu yang berprestasi secara akademis untuk dipekerjakan. Namun demikian, tanpa hati yang mampu membedakan mana yang baik dan jahat, maka hasil karya intelektual mereka hanya menjadi alat kejahatan. Orang yang berprestasi secara akademis banyak bertebaran di seluruh negeri. Namun demikian untuk membuat negeri ini menjadi terberkati, maka para cendikianya harus orang yang berani memberlakukan hanya yang baik dan benar, bukan yang jahat.
 
 
KJ. 436 : 2, 4
Doa : (Ya Tuhan mohon, karuniakanlah kami hati yang mampu membedakan hal baik dan jahat juga keberanian untuk memberlakukan hanya yang benar)
🙏

Kembali