Minggu, 21 Januari 2024 - Renungan Pagi
KASIH YANG MEMERHATIKAN KESUKARAN DAN KERUGIAN
Paulus berlayar ke Roma
27:1 Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar.
27:2 Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami.
27:3 Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya.
27:4 Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus.
27:5 Dan setelah mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di daerah Likia.
27:6 Di situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksandria yang hendak berlayar ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu.
27:7 Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone.
27:8 Sesudah kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea.
27:9 Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya:
27:10 “Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.”
27:11 Tetapi perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus.
HARI MINGGU III SESUDAH EPIFANI
“Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.” (ay. 10)
Seorang bapak yang berkepercayaan lain menyampaikan kepada seorang Pendeta bahwa orang Kristen itu istimewa karena hidupnya saling membantu. Pendeta itu bangga, apalagi bapak itu mulai belajar katekisasi untuk menjadi pengikut Kristus dan hidup dalam persekutuan.
Dalam perjalanan Paulus dan beberapa tahanan menuju Italia, mereka diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar. Sebagai seorang rasul Kristus, Paulus mengasihi awak kapal dan seluruh penumpang. Atas dasar pengalamannya menyusuri pulau demi pulau dalam pemberitaan Injil, maka ia memberi peringatan kepada perwira Yulius menunda perjalanan ke Italia (ay.10). Paulus selalu bergantung pada Tuhan dalam menjalankan pemberitaan Injil dan pengalamannya berlayar mengajarkan untuk bersabar dan menunda pelayaran jika cuaca tidak mendukung. Namun sayangnya, nasihat Paulus tidak diterima perwira Yulius, yang lebih percaya pada kemampuan jurumudi dan nakhoda kapal.
Dari pengalaman dengan seorang bapak dan perwira Yulius, kita memahami bahwa sikap seorang Kristen itu mengasihi, membantu, dan memberi pertimbangan. Dalam mempraktikkan kasih Kristus itu, seorang Kristen harus sabar dan tetap mendukung. Seorang bapak tadi, baru memahami kasih dalam kehidupan bersama yang saling membantu, begitu melihat realitas yang berbeda, segera mundur, tetapi sang pendeta tetap menunggunya. Demikian juga perwira Yulius, belum memahami bahwa kasih seorang Kristen itu memperhatikan kesukaran dan kerugian besar, terutama nyawa namun Paulus tetap sabar dan memerhatikannya sampai tujuan pelayarannya.
Dengan kisah ini, kita belajar untuk tetap mengasihi sesama, walaupun pandangan atau perhatian kita tidak diterima bahkan disalahpahami. Khususnya di era digital ini kita dapat menggunakan media sosial untuk menyatakan kasih yang saling memerhatikan dan memberikan pertimbangan bagi sesama.
Doa (Ajar kami Tuhan menjadi pelaku kasih-Mu melalui sikap dan perbuatan seturut firman-Mu) 🙏