Selasa, 30 Januari 2024 - Renungan Pagi
TUHAN Peduli
Menyeberangi Laut Teberau
14:15 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.
14:16 Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering.
14:17 Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku.
14:18 Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.”
…Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku?…” (ay. 15)
Siapa bilang kecemasan tidak berbahaya? Apalagi jika kecemasan berubah menjadi kepanikan, nyawa pun bisa menjadi taruhannya. Dua pelaku tawuran di Kembangan, Jakarta Barat, yang panik karena dikejar warga, akhirnya tewas setelah menabrak tiang. Ada juga panic buying, misalnya yang terbaru adalah terhadap alat tes corona oleh warga Inggris akibat varian Covid Pirola yang mewabah di sana. Kecemasan, kepanikan akan menimbulkan dampak yang merugikan.
Seruan bangsa Israel lebih tepat didengar sebagai jeritan kepanikan penuh tuduhan yang didasari prasangka buruk yang belum terbukti benar. Tentu saja ini tidak baik, karena bangsa Israel bisa melakukan tindakan buruk yang merugikan. Seruan seluruh bangsa memaksa Musa juga untuk berseru kepada Tuhan. Jika terus berdoa kapan mau bekerja. Melalui Musa, Tuhan menyuruh bangsa itu berangkat, dan Musa sendiri disuruh-Nya untuk mengulurkan tangannya ke atas laut dan membelah airnya (ay. 16). Tuhan menyuruh bangsa Israel berhenti berseru karena ini saatnya mereka mendengarkan Tuhan. Saat mendengar dan melakukan perintah Tuhan itulah mujizat terjadi. Kuasa Tuhan bekerja menguakkan air laut, membuka jalan bagi bangsa Israel.
Tuhan tidak menyalahkan umat yang berseru kepada-Nya, bahkan Dia sendiri menyarankannya (Yesaya 55:6). Hanya, Tuhan tidak menghendaki bertumbuhnya kecemasan menjadi kepanikan di dalam seruan itu. Tuhan menginginkan umat-Nya berseru dalam sikap hati yang percaya kepada-Nya. Silahkan kita berseru kepada Tuhan, tetapi juga harus percaya dengan mendengarkan segala perkataan-Nya. Ketimbang memelihara kecemasan lalu menjadi panik dan melakukan tindakan merugikan, mari kita memulai kehidupan di hari ini dengan percaya bahwa Tuhan berkuasa bekerja mendatangkan kebaikan, membuat jalan keluar, dan memberi kelegaan.
Doa (Tuhan, ajar kami mendengarkan perkataan Tuhan melebihi keinginan diri kami sendiri) 🙏