GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Kamis, 8 Februari 2024 - Renungan Pagi
HIDUP SEBAGAI IBADAH KEPADA TUHAN

Tulah keempat: lalat pikat 8:20 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Firaun, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai, dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku; 8:21 sebab jika engkau tidak membiarkan umat-Ku itu pergi, maka Aku akan melepaskan pikat terhadap engkau, terhadap pegawai-pegawaimu, rakyatmu dan rumah-rumahmu, sehingga rumah-rumah orang Mesir, bahkan tanah, di mana mereka berdiri akan penuh dengan pikat. 8:22 Tetapi pada hari itu Aku akan mengecualikan tanah Gosyen, di mana umat-Ku tinggal, sehingga di sana tidak ada terdapat pikat, supaya engkau mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, ada di negeri ini. 8:23 Sebab Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu. Besok tanda mujizat ini akan terjadi.” 8:24 TUHAN berbuat demikian; maka datanglah banyak-banyak pikat ke dalam istana Firaun dan ke dalam rumah pegawai-pegawainya dan ke seluruh tanah Mesir; negeri itu menderita karena pikat itu. 8:25 Lalu Firaun memanggil Musa dan Harun serta berkata: “Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini.” 8:26 Tetapi Musa berkata: “Tidak mungkin kami berbuat demikian, sebab korban yang akan kami persembahkan kepada TUHAN, Allah kami, adalah kekejian bagi orang Mesir. Apabila kami mempersembahkan korban yang menjadi kekejian bagi orang Mesir itu, di depan mata mereka, tidakkah mereka akan melempari kami dengan batu? 8:27 Kami harus pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami, seperti yang difirmankan-Nya kepada kami.” 8:28 Lalu kata Firaun: “Baik, aku akan membiarkan kamu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di padang gurun; hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh. Berdoalah untuk aku.” 8:29 Lalu kata Musa: “Sekarang aku keluar meninggalkan tuanku dan akan berdoa kepada TUHAN, maka pikat itu akan dijauhkan besok dari Firaun, dari pegawai-pegawainya dan rakyatnya; hanya janganlah Firaun berlaku curang lagi dengan tidak membiarkan bangsa itu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN.” 8:30 Sesudah itu keluarlah Musa meninggalkan Firaun, lalu berdoa kepada TUHAN. 8:31 Dan TUHAN membuat seperti yang dikatakan Musa: pikat itu dijauhkan-Nya dari Firaun, dari pegawai-pegawainya dan rakyatnya; seekorpun tidak ada yang tinggal. 8:32 Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.

Keluaran 8:20-32
“supaya mereka beribadah kepada-Ku” (ay. 20)

Ibadah secara umum dipahami sebagai tata cara menyembah Tuhan serta dikaitkan dengan waktu dan tempat tertentu. Pengertian ibadah seperti ini sangatlah terbatas. Karena ibadah dikaitkan dengan waktu-waktu tertentu dan tempat-tempat tertentu. Padahal kata Ibrani “abodah” dan kata Yunani “leitourgia” yang dari situ dibangun makna ibadah justru menjelaskan sebaliknya. Ibadah adalah seluruh karya di tengah hidup sehari-hari. Karya di sini tidak dibatasi pada kegiatan-kegiatan khusus seperti pelayanan di gereja, misalnya, tetapi seluruh bentuk kegiatan yang terkait dengan gotong royong pun dapat digolongkan sebagai ibadah. Kuncinya adalah tindakan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan tidak asal asalan. Ibadah juga tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu, melainkan seluruh hidup yang dijalankan dengan kesungguhan dapat disebut ibadah.

Seluruh hidup adalah ibadah juga bermakna khusus ketika semua yang dilakukan selain berangkat dari kesungguhan hati, niat yang murni, juga dihubungkan dengan dipercaya sebagai Tuhan. Terdapat kesadaran pada orang yang beribadah, bahwa hanya Tuhan yang telah mengatur hidup ini, memberi berkat, dan menuntun setiap orang yang percaya untuk mengakui-Nya di dalam seluruh laku hidupnya. Ibadah lalu mengandung keistimewaan sebagai bentuk rasa beriman kepada Tuhan dan melahirkan berbagai perilaku hidup keseharian yang baik.

Makna ibadah seperti itulah yang hendaknya dipahami melalui ucapan Musa kepada Firaun. Ucapan itu datang dari hati yang sungguh-sungguh, yang murni, dan timbul dari rasa percaya kepada Allah. Sebaliknya, Firaun justru terlihat tidak tulus dalam memberi kesempatan kepada Musa dan bangsa Israel untuk mencari Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Firaun betul-betul berlaku curang (ay. 29) dan tidak tulus dalam mendengar kehendak Allah yang dinyatakan melalui hamba-Nya Musa. Bahkan ia mengeraskan hatinya kembali (ay. 32). Maknanya jelas bahwa ibadah yang sejati datang dari hati yang murni.

Doa: (Kami hendak mencari-Mu dengan tidak berlaku curang) 🙏

Kembali