Jumat, 9 Februari 2024 - Renungan Pagi
SEMUA DALAM OTORITAS TUHAN
9:8 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: “Ambillah jelaga dari dapur peleburan serangkup penuh, dan Musa harus menghamburkannya ke udara di depan mata Firaun. 9:9 Maka jelaga itu akan menjadi debu meliputi seluruh tanah Mesir, dan akan menjadikan barah yang memecah sebagai gelembung, pada manusia dan binatang di seluruh tanah Mesir.” 9:10 Lalu mereka mengambil jelaga dari dapur peleburan, dan berdiri di depan Firaun, kemudian Musa menghamburkannya ke udara, maka terjadilah barah, yang memecah sebagai gelembung pada manusia dan binatang, 9:11 sehingga ahli-ahli itu tidak dapat tetap berdiri di depan Musa, karena barah-barah itu; sebab ahli-ahli itupun juga kena barah sama seperti semua orang Mesir. 9:12 Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan mereka–seperti yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa.
“TUHAN mengeraskan hati Firaun” (ay. 12)
Otoritas sering dikaitkan dengan wewenang dan kuasa. Orang yang disebut mempunyai otoritas berarti seseorang yang mempunyai wewenang untuk mengendalikan suatu perkara. Otoritas berarti kuasa yang dipunyai seseorang untuk mengatur, mengelola, mendistribusikan, hingga menyelesaikan sebuah perkara berdasarkan posisi yang dimilikinya itu. Otoritas pada dirinya baik-baik saja. Menjadi bermasalah apabila tanpa pengendalian diri dan pengendalian fungsi, maka otoritas terkait wewenang dan kuasa itu akan jatuh pada sikap otoriter hingga penyalahgunaan kuasa (abuse of power). Di sini, Firaun mungkin dapat digolongkan ke dalam sikap otoriter yang menyalahgunakan wewenang dan kuasanya sebagai cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Sikap otoriter ini berdampak pada matinya hati nurani dan hilangnya kepekaan terhadap hidup sesama yang terus berada di bawah bayang-bayang maut karena hasrat berkuasanya tidak terkendali lagi.
Matinya nurani dan hilangnya rasa kemanusiaan inilah yang dibahasakan oleh ayat 12 sebagai “TUHAN mengeraskan hati Firaun. Disini penulis Keluaran mengusung teologi “Kemahakuasaan Allah”. Dalam teologi ini terdapat keyakinan bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu, yang baik dan yang jahat. Termasuk Allah adalah sumber bagi hati yang taat mendengar suara-Nya, dan hati yang keras tidak mau mendengar perintah-Nya. Semua datang dari Allah yang sama. Di sini, peringatan Tuhan melalui tulah keenam, bisul-bisul, tidak membuat Firaun bergeming. Sebaliknya, dikatakan dengan bahasa bernada eufemisme (melebih -lebihkan) bahwa Tuhan sendirilah yang membuat hati Firaun menjadi keras.
Tuhan adalah pemilik otoritas atas seluruh ciptaan-Nya tanpa terkecuali. la berkuasa terhadap semua manusia termasuk para pemimpin bangsa-bangsa. Semua dipanggil merendahkan diri.
Doa: (Kami mau dibentuk dan dipakai Tuhan melalui hati yang taat) 🙏