Nasihat Paulus kepada jemaat di Roma berkaitan dengan masalah relasi antara golongan yang “kuat” dengan golongan “lemah”. Golongan “lemah” adalah orang yang imannya tidak menjadi sumber kekuatan sebab ia tidak berani melakukan dan menerima konsekuensinya. Mereka terikat pada berbagai larangan dan pantangan, termasuk pantangan makan daging dan minum anggur. Mungkin golongan ini masih terikat dengan hukum Taurat dan pemeliharaan hari Sabat. Mereka masih berada dalam kebimbangan terhadap karya keselamatan Allah di dalam Yesus.
Paulus mengimbau golongan yang “kuat agar menerima anggota-anggota yang lemah ke dalam persekutuan mereka. Golongan “kuat” adalah mereka yang berani bersikap konsekuen dan mengamalkan imannya. Mereka tidak mengindahkan berbagai pantangan dan larangan serta cenderung menghina golongan “lemah” sebagai pengecut. Terhadap golongan “lemah” sikap menerima perlu dibangun. Menerima di sini berarti menerima dalam persekutuan. Hal ini dinasihatkan Paulus sebab kecenderungan golongan yang “kuat” merasa diri pada level lebih tinggi dari yang “lemah”. Karenanya, perlu dibangun sikap mengakui, menghormati dan ramah satu terhadap yang lain. Selain menerima, dibangun juga kebiasaan tidak mempercakapkan pendapat mereka. Di sini Paulus mengutamakan kesatuan dan persekutuan umat Tuhan tidak tercabik-cabik oleh pertikaian yang merusak kehidupan beriman. Yang dikecam Paulus bukan soal makan dan minum melainkan sikap yang kurang baik di antara kedua golongan tersebut. Sikap yang perlu dibangun adalah tidak saling menghakimi sesama anggota jemaat sebab yang berwenang menghakimi hanya Tuhan.
Mari bangun kesatuan jemaat dengan belajar menjadi pribadi yang rendah hati, tidak merasa benar sendiri, tidak mempercakapkan kekurangan orang lain dan tidak suka menghakimi supaya tercipta damai sejahtera dalam hidup persekutuan.
Doa (Mampukan kami Tuhan untuk selalu menjadi pribadi yang rendah hati dalam perjumpaan dengan sesama)
🙏