GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Kamis, 14 Januari 2021 - Renungan Malam
MEMBACA MAZMUR UNTUK MENJADI PINTAR PLUS

Lihatlah taut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar (ay.25)

Mazmur 104 : 25 - 26
MINGGU I SESUDAH EPIFANI
KAMIS, 14 JANUARI 2021
Renungan Malam
KJ.326 : 1,2-Berdoa


Di sekitar perairan laut Taiwan, sebuah kapal super tanker berbendera Indonesia sedang melintasi badai yang menyapu laut tersebut. Ketika mesin mati, sang nahkoda kapal berkata dalam hati: "Inilah hari terakhir saya". Di tengah situasi menakutkan dan putus asa tersebut, Tuhan berkehendak Iain. Itulah kesaksian langsung dari sang nahkoda kapal tersebut, seorang warga jemaat GPIB di Makassar, di mana dulu saya pernah bertugas di sana.
 
Saudaraku, laut dan fenomena alam adalah suatu tanda yang mempresentasikan sesuatu di luar diri mereka, demikian ilmu semiotika berkata. Karena itu, Firman Tuhan malam ini mengajak kita untuk merenungkan bukan hanya "besar maupun luasnya laut, serta binatang-binatang yang kecil dan besar yang tidak terbilang banyaknya". Bacaan ini juga mengajak kita 'melihat' sesuatu yang sedang dipresentasikan laut, yaitu, Sang Pemiliknya : Tuhan.
 
Barangkali terlintas pandangan berikut: "Ah, alamkan punya mekanismenya sendiri. Fenomena alam adalah bagian dari mekanisme itu. Jadi, itu tidak otomatis merujuk kepada Tuhan”. Pandangan tersebut sah dan baik, tetapi itu bukan tujuan dari Pemazmur, ketika merenungkan laut serta isinya, lalu menuliskannya di perikop ini. Karena Mazmur adalah Kitab Hikmat, maka Pemazmur bertujuan, agar setiap ayat yang direnungkan di dalamnya membentuk individu yang berhikmat. Berhikmat itu melampaui kepintaran. Berhikmat tidak anti kepintaran. Berhikmat memerlukan kepintaran, tetapi bukan sekadar pintar. Pintar plus, demikian istilah untuk orang berhikmat.
 
'Melihat' Sang Pemilik laut yang ada di balik fenomena alam dan lautan adalah bentuk berhikmat. Sedangkan kalau kepintaran hanya sampai kepada mekanisme alam dan tidak hingga ke Tuhan. Karena itu, jadilah pintar plus atau berhikmat. Sebab, yang pintar sudah banyak, demikian pula yang bodoh, tetapi orang berhikmat sangatlah jarang jumlahnya, bahkan di dalam gereja sekalipun. Pemazmur ingin setiap pembacanya menjadi berhikmat atau pintar plus.
 
 
KJ.326 : 3,4,5
Doa : (Tuhan, sumber pengetahuan dan hikmat, tolong bantu aku untuk berhikmat. Tolong celikan mataku, agar mata dapat 'melihat' hikmat-Mu)
🙏

Kembali