GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

GPIB BAHTERA HAYAT SURABAYA

Jl. Laksda M. Natsir, Tanjung Perak, Surabaya. 60165.
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. (Lukas 13:29)

Sabtu, 30 April 2022 - Renungan Malam
TERTIB DALAM ATURAN

ayat 39: Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.

1 Korintus 14:34-40
Renungan Malam
KJ 446:1 -Berdoa


Penjelasan:

* 1 Kor 14:34-35 - berdiam diri / suami di rumah!
Sekarang nasihat bagi golongan perempuan disisipkan, mungkin karena ada gangguan yang tidak berdasar terjadi ketika sedang kebaktian. Mereka diharuskan berdiam diri (bdg. I Tim. 2:12). Bahkan andaikata, seperti dengan sebagian orang, kaum perempuan diizinkan untuk berdoa dan bernubuat pada gereja mula-mula (bdg. 11:5, sekalipun harus tetap diingat bahwa nubuat merupakan karunia yang sifatnya sementara), jenis pembicaraan lainnya tidak diperbolehkan. Paulus tidak mengatakan apa-apa tentang kelompok perempuan tidak menikah yang tidak mempunyai suami di rumah!

* 1 Kor 14:36
Sang rasul memberikan jawaban dengan marah terhadap petunjuk yang tersirat bahwa jemaat di Korintus berhak untuk berbeda dengan jemaat lainnya. Orang-orang percaya di Korintus tidak memiliki kewenangan dan kedudukan istimewa.

* Kesimpulan (14:37-40).
Rangkuman dan kesimpulan ini diawali dengan sebuah pernyataan kuat tentang kewenangan. 38. Jika ia tidak mengindahkannya. Orang yang tidak mengindahkan kata-kata Paulus harus dibiarkan begitu saja. Sekalipun demikian, mungkin terjemahan yang benar adalah ia tidak diindahkan, maksudnya, oleh Allah (berdasarkan suatu bacaan lain dalam naskah yang baik). 40. Dengan sopan mungkin mengacu pada perilaku golongan perempuan dan pelaksanaan Perjamuan Kudus (11:2-34), dan teratur mungkin mengacu kepada karunia-karunia rohani (12:1-14:40).

* Tentang Karunia-karunia Rohani
Dalam perikop ini Rasul Paulus,
  1. Memerintahkan supaya kaum perempuan berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan umum. Dan itu harus mereka lakukan sedemikian rupa sampai mereka tidak boleh menanyakan sesuatu untuk mereka ketahui sendiri di dalam pertemuan jemaat, tetapi harus bertanya kepada suami mereka di rumah. Memang sudah seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Tetapi, kata Rasul Paulus, aku tidak mengizinkan perempuan mengajar (1Tim. 2:11-12). Memang ada tersirat (11:5) seolah-olah adakalanya perempuan berdoa dan bernubuat dalam perkumpulan jemaat, dan itu tidak dikecam begitu saja oleh Rasul Paulus dalam ayat-ayat di atas. Tetapi yang dikecamnya adalah cara mereka melakukannya, yaitu berdoa dan bernubuat tanpa tudung kepala, yang pada masa itu dan di negeri itu sama saja dengan menghilangkan perbedaan jenis kelamin, dan menempatkan diri sejajar dengan kaum laki-laki. Tetapi di sini ia tampak melarang mereka untuk berbuat apa pun di depan umum. Mereka tidak diperbolehkan berbicara (ay. 34) di dalam jemaat, baik de ngan berdoa maupun bernubuat. Dari hubungan antara berdoa dan bernubuat di sini, tampak jelas bahwa ini juga mencakup hal lain, dalam arti terbatas seperti yang diberikan dalam pasal ini, yaitu mengajar, atau menafsirkan Kitab Suci melalui ilham. Dan memang, jika perempuan bernubuat dalam pengertian ini, itu berarti dia mengajar, yang sangat tidak sesuai dengan kodratnya untuk tunduk. Guru yang mengajar berarti derajatnya lebih tinggi daripada orang-orang yang diajarnya, dan ini tidak diperbolehkan untuk perempuan atas laki-laki, dan karena itu ia juga tidak diperbolehkan mengajar dalam perkumpulan jemaat: Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar. Tetapi berdoa, dan melantunkan kidung-kidung pujian melalui ilham, bukanlah mengajar. Dan karena ada perempuan yang memiliki karunia-karunia rohani semacam ini dalam jemaat pada masa itu (lihat 1Kor. 11:5), dan yang mungkin mendapat dorongan dari ilham ilahi dalam kumpulan jemaat, haruskah mereka memendamkannya sepenuhnya? Atau mengapa perempuan memiliki karunia ini kalau tidak boleh digunakan di depan umum? Karena alasan-alasan ini, sebagian orang berpendapat bahwa larangan-larangan umum ini harus dimengerti hanya dalam perkara-perkara biasa. Tetapi pada kesempatan-kesempatan yang luar biasa, ketika perempuan berada di bawah dorongan ilahi, dan sesudah dipastikan demikian, mereka boleh bebas berbicara. Dalam keadaan biasa, mereka tidak boleh mengajar, apalagi menyanggah dan bertanya di dalam jemaat, tetapi harus belajar berdiam diri. Dan, kalau ada kesulitan, mereka harus menanyakannya kepada suaminya di rumah. Perhatikanlah, sebagaimana kewajiban perempuan untuk belajar tunduk, demikian pula kewajiban laki-lakilah untuk mempertahankan kedudukannya, supaya mampu untuk mengajar perempuan. Jika menjadi kewajiban perempuan untuk bertanya kepada suaminya di rumah, maka menjadi perhatian dan kewajiban laki-lakilah untuk setidak-tidaknya berusaha mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan perempuan. Jika memalukan bagi perempuan untuk berbicara dalam perkumpulan jemaat, di mana ia harus berdiam diri, maka memalukan bagi laki-laki untuk berdiam diri ketika ia harus berbicara, dan tidak mampu memberikan jawaban, ketika istrinya bertanya kepadanya di rumah.
  2. Di sini kita mendapati alasan dari perintah ini. Sudah menjadi hukum dan perintah Allah bahwa perempuan harus tunduk (ay. 34). Mereka ditempatkan untuk tunduk pada laki-laki, dan sungguh memalukan jika mereka melakukan apa saja yang menunjukkan keinginan untuk mengganti kedudukan itu. Inilah yang akan tampak jika mereka berbicara di depan umum, setidak-tidaknya pada masa itu, dan di antara bangsa itu, apalagi kalau mereka mengajar di depan umum. Maka Rasul Paulus menyimpulkan bahwa sungguh memalukan jika perempuan berbicara di dalam jemaat, di tengah-tengah perkumpulan. Malu adalah refleksi dari pikiran yang gelisah memikirkan hal tidak pantas yang sudah diperbuat. Dan apa yang lebih tidak pantas selain perempuan yang melepaskan kedudukannya, menanggalkan kewajiban kaumnya untuk tunduk, atau melakukan apa yang dalam pandangan orang tampak seperti itu? Perhatikanlah, sikap dan tingkah laku kita haruslah sesuai dengan kedudukan kita. Perbedaan-perbedaan alami yang sudah digariskan Allah haruslah kita taati. Mereka yang sudah ditempatkan-Nya untuk tunduk pada orang lain tidak boleh mencoba untuk sejajar, atau berbuat seolah-olah lebih unggul. Perempuan dibuat tunduk pada laki-laki, dan ia harus tetap berada di tempatnya dan puas menerimanya. Oleh sebab itulah perempuan harus berdiam diri dalam perkumpulan jemaat, dan tidak boleh mencoba untuk mengajar, karena ini sama saja mencoba mengungguli laki-laki.
* 1 Korintus 14:36-40
Rasul Paulus menutup apa yang hendak disampaikannya,
  1. Dengan memberikan teguran yang sepantasnya kepada jemaat di Korintus atas kesombongan dan keangkuhan mereka yang berlebihan. Mereka menggunakan karunia-karunia rohani dengan cara yang begitu rupa sampai tidak ada jemaat lain mana pun yang pernah melakukan hal yang demikian. Mereka bertingkah semau sendiri, dan tidak mau dikendalikan dan diatur dengan peraturan. Sekarang, tanya Rasul Paulus, untuk menundukkan perasaan angkuh ini, "Adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah datang? (ay. 36). Adakah Kekristenan datang dari Korintus? Adakah Kekristenan berasal dari antara kamu? Atau, kalau tidak, adakah Kekristenan sekarang terbatas hanya pada kamu? Adakah kamu satu-satunya jemaat yang dikaruniai wahyu-wahyu ilahi, sehingga kamu mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sopan dari semua jemaat lain, dan, memamer-mamerkan karunia-karunia rohanimu, serta menimbulkan kekacauan dalam perkumpulan-perkumpulan ibadah Kristen? Sungguh pongah dan keterlaluan perilaku ini! Sadarlah! Apabila perlu dan pantas, Rasul Paulus bisa menegur dengan segala kewenangannya. Dan tentu saja teguran-tegurannya, kalaupun disampaikan, pantas diberikan di sini. Perhatikanlah, orang-orang yang menimbulkan kekacauan dalam jemaat dan perkumpulan Kristen dengan kesombongan dan keangkuhan rohani mereka harus ditegur dan dibuat rendah hati, meskipun orang-orang seperti itu tidak akan tahan bahkan dengan teguran-teguran seorang rasul sekalipun.
  2. Ia memberi tahu mereka bahwa apa yang dikatakannya kepada mereka adalah perintah Allah. Dan nabi yang benar, yang betul-betul mendapat ilham, tidak akan berani menyangkalnya (ay. 37): "Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, dst. Bahkan, hendaklah ia diuji persis dengan aturan ini. Jika ia tidak mau mengakui apa yang aku sampaikan tentang hal ini sebagai kehendak Kristus, maka ia sendiri tidak pernah memiliki Roh Kristus. Roh Kristus tidak pernah bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Jika Ia berbicara dalam diriku dan diri mereka, haruslah Ia berbicara hal yang sama baik dalam diriku maupun diri mereka. Jika wahyu yang mereka terima bertentangan dengan wahyu yang aku terima, maka wahyu itu tidak datang dari Roh yang sama. Entah aku atau mereka yang merupakan nabi palsu. Karena itu, dengan inilah kamu bisa mengetahuinya. Jika mereka berkata bahwa petunjuk-petunjukku dalam hal ini bukanlah perintah ilahi, kamu boleh yakin bahwa mereka itu tidak mendapat ilham ilahi. Tetapi jika ada orang, karena prasangka atau kekerasan hati, tetap tidak yakin atau tidak tahu apakah mereka atau aku yang berbicara melalui Roh Allah, maka mereka harus dibiarkan saja dalam ketidaktahuan ini. Jika pengakuan mereka bahwa mereka mendapat ilham bisa tahan bersaing dengan ciri-ciri dan kuasa rasuli yang aku miliki, maka aku telah kehilangan segala wewenang dan kuasaku. Dan orang-orang yang bersaing melawan aku dalam perkara ini berarti sudah tidak bisa diinsafkan lagi, dan harus dibiarkan sendiri.Perhatikanlah, jika orang dengan sengaja memadamkan terang, maka sudah sepantasnya Allah meninggalkan mereka dalam kebutaan pikiran mereka sendiri. Orang yang tidak mau tahu dengan masalah yang sudah jelas-jelas benar seperti ini sudah sewajarnya dibiarkan terkungkung dalam kesalahan mereka sendiri.
  3. Ia merangkum semuanya dalam dua nasihat umum:
    1. Bahwa meskipun mereka tidak boleh merendahkan karunia bahasa roh, atau sama sekali tidak menggunakannya, berdasarkan aturan-aturan yang sudah disebutkan, namun mereka harus lebih mengutamakan karunia bernubuat. Ini memang maksud dari seluruh pernyataannya. Bernubuat harus lebih diutamakan daripada berbahasa roh, karena bernubuat adalah karunia yang lebih berguna.
    2. Ia memerintahkan mereka untuk membiarkan segala sesuatunya berlangsung dengan sopan dan tertib (ay. 40), maksudnya, bahwa mereka harus menghindari segala sesuatu yang jelas-jelas tidak sopan dan tidak tertib. Mereka tidak boleh membawa ke dalam jemaat dan ibadah Kristen hal-hal yang bisa dianggap hiasan semata oleh orang-orang yang berpikiran sia-sia. Ketidaksopanan dan ketidaktertiban seperti yang sudah dikatakan Rasul Paulus terutama harus dijauhi. Mereka tidak boleh berbuat apa saja yang jelas-jelas kekanak-kanakan (ay. 20), atau yang akan menimbulkan kesan orang hingga menyebut mereka gila (ay. 23). Dan juga mereka tidak boleh bertindak sedemikian rupa sehingga menimbulkan kekacauan (ay. 33). Ini betul-betul tidak pantas. Ini hanya akan membuat perkumpulan Kristen sebagai suatu kumpulan hingar bingar dan kacau balau. Sebaliknya, mereka harus melakukan segala sesuatu dengan tertib. Mereka harus berbicara satu demi satu, jangan sekaligus. Tunggu giliran, dan jangan saling memotong. Berbuat sebaliknya berarti merusakkan maksud pelayanan kristiani, dan semua perkumpulan ibadah kristiani. Perhati kanlah, segala hal yang jelas-jelas tidak sopan dan tidak tertib harus dijauhkan secara hati-hati dari semua jemaat Kristen, dan dari setiap bagian ibadah. Janganlah di dalamnya ada hal yang kekanak-kanakan, tidak masuk akal, konyol, liar, atau hiruk pikuk. Sebaliknya, setiap bagian ibadah harus dijalankan secara dewasa, sungguh-sungguh, masuk akal, tenang, dan tertib. Janganlah sampai Allah dihina, dan ibadah kepada-Nya dipermalukan, karena ketidakpantasan dan ketidaktertiban kita dalam menjalankannya dan mengikutinya.
KJ 446:4 🙏

Kembali